Pasar Manis Purwokerto adalah salah satu pasar yang menjadi saksi bisu sejarah perkembangan kota Purwokerto. Sejak lama, pasar ini telah menjadi pusat aktivitas ekonomi warga sekitar. Keberadaannya yang strategis di pusat kota dan relatif dekat dengan alun-alun Purwokerto membuatnya mudah diakses dari berbagai arah. Termasuk orang tua penulis yang menjadi pelanggan tetap pasar ini. Dahulu, hampir setiap minggu kami berbelanja ke Pasar Manis yang berjarak kurang lebih 1 km dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor.
Lazimnya pasar tradisional, Pasar Manis dikenal sebagai tempat berjualan sayur mayur, buah-buahan, sembako, dan juga jajanan pasar. Bumbu-bumbu dan rempah juga tersedia. Bagi yang ingin menikmati kuliner sarapan pagi sederhana, juga ada. Bahkan, tidak ketinggalan ramuan tradisional atau jamu bagi yang ingin menjaga kesehatan atau kebugaran.
Pada era sebelum tahun 2000-an, Pasar Manis cenderung terlihat kumuh. Lapak dagangan banyak yang sudah mulai lapuk karena menggunakan rangka dari kayu. Siang hari pun cenderung terlihat gelap karena kurangnya pencahayaan. Paling sedih ketika musim hujan tiba. Di beberapa lapak terlihat air menetes karena genteng yang bocor. Lorong pasar menjadi becek karena lantai semen yang telah mengelupas hingga terlihat lapisan tanahnya.
Pada era tahun 2000-an, terbetik kabar akan dilakukan revitalisasi Pasar Manis sekaligus memperluas bangunan ke sebelah timur. Perluasan ini juga akan “memakan” Gedung Kesenian Suteja yang ada di timur Pasar Manis lama. Gedung ini usianya juga sudah cukup tua dan tampak memprihatinkan. Nantinya, setelah dibongkar, akan dibuatkan gedung baru di sebelah selatan kota Purwokerto. Revitalisasi Pasar Manis juga digunakan sebagai tempat penampungan pedagang dari Pasar Pekih yang akan ditutup oleh pemerintah daerah. Penutupan Pasar Pekih dilakukan karena sudah tidak layak beroperasi sebagai pasar karena menempati gang Pekih sebagai tempat berjualan.
Akhirnya, pada tahun 2015, Presiden Jokowi melalui Program Revitalisasi 1.000 Pasar Rakyat mengikutkan Pasar Manis dalam programnya dengan dua tahap pembangunan. Tahap pertama pembangunan diselesaikan pada tahun 2016 dan diresmikan pada tanggal 4 Mei 2016. Kemudian dilanjutkan tahap kedua dan selesai pada tahun 2017. Total dana yang disediakan pemerintah sebesar delapan belas miliar. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik pasar, serta menyesuaikannya dengan perkembangan zaman.
Setelah revitalisasi, wajah Pasar Manis berubah drastis. Bangunannya menjadi lebih modern, bersih, dan tertata rapi. Fasilitas yang tersedia pun semakin lengkap, seperti area parkir, toilet, aula pertemuan, ruang laktasi, dan fasilitas untuk kaum disabilitas. Setelah revitalisasi, penulis merasakan kenyamanan selayaknya berbelanja di pusat perbelanjaan modern yang dikelola swasta.
Selain itu, revitalisasi juga berdampak pada ragam produk yang dijual. Tidak hanya bahan pangan segar, Pasar Manis kini juga menawarkan berbagai jenis kuliner yang bisa dinikmati langsung di tempat. Bahkan, wisata kuliner menjadi semakin ramai pada malam hari. Hal ini membuat Pasar Manis semakin diminati oleh berbagai kalangan, baik masyarakat lokal maupun pendatang. Pasar ini telah menjadi salah satu destinasi wisata kuliner yang populer di Purwokerto. Banyak warga yang sengaja datang ke Pasar Manis untuk mencicipi berbagai macam makanan khas Banyumas, terutama pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu, serta di malam hari.
Berkat revitalisasi dan upaya pengelolaan yang baik, Pasar Manis berhasil meraih berbagai prestasi. Pada tahun 2018, Pasar Manis berhasil mendapatkan sertifikat SNI Pasar Rakyat. Menurut laman Sucofindo.co.id, SNI Pasar Rakyat adalah standar yang digunakan untuk sertifikasi pasar rakyat yang mencakup persyaratan umum, persyaratan teknis, dan persyaratan pengelola.
Sekian tahun berlalu, penulis melihat ada yang mulai berkurang di Pasar Manis dan perlu segera dibenahi. Di area parkir yang tersusun dari paving block di beberapa bagian terasa bergelombang. Di beberapa tempat bahkan terlihat ambles. Lantai di dalam pasar yang semula kinclong di beberapa sudutnya sudah mulai terlihat kusam. Pada bagian atas tempat penjual juga terlihat seperti sarang laba-laba. Di lantai bawah yang digunakan sebagai lapak pedagang daging ayam, parut kelapa, dan penggilingan biji-bijian, ikan air tawar dan air laut, serta sebagai tempat parkir pedagang, tercium bau yang kurang sedap. Saluran air di dekat penjual ikan air tawar telah terlihat retak. Tembok pasar yang semula klimis nampak mulai kelihatan merana.
Saya percaya, pengelola pasar, pedagang maupun pelanggan yang berbelanja di sini, termasuk saya tentu tidak ingin hal ini terjadi. Semuanya tentu berharap kondisi pasar Manis tidak berbeda jauh dengan kondisi pada saat diresmikan oleh Presiden Joko Widodo delapan tahun yang lalu. Pengelola pasar sebagai ujung tombaknya sepertinya perlu segera melakukan berbagai langkah perbaikan.
Untuk area parkir yang ambles perlu segera dilakukan perbaikan dengan mengganti bagian yang rusak dan memastikan permukaannya rata. Untuk lantai yang kusam dapat dilakukan pembersihan dan perawatan dengan menggunakan bahan pembersih yang sesuai. Apabila tenaga kebersihan terbatas, dapat melibatkan semua pedagang untuk menjaga kebersihan area lapak mereka. Penyediaan tempat sampah yang cukup di berbagai lokasi strategis di pasar perlu diperhatikan agar memudahkan pedagang dan pengunjung membuang sampah sehingga tidak mengotori lantai. Untuk perbaikan saluran air yang retak sepertinya perlu menjadi prioritas. Hal ini penting untuk menghindari genangan dan bau yang tidak sedap.
Untuk memastikan kebersihan terjaga, sepertinya perlu adanya petugas pemantau yang mengawasi dan mengevaluasi kebersihan serta kondisi pasar secara berkala. Selain itu penyediaan sarana untuk penyampaian masukan / umpan balik dari Pengunjung secara online berupa barcode dapat menjadi salah satu upaya untuk mendapatkan masukan dalam rangka perbaikan. Dengan demikian, saya yakin, pasar Manis akan tetap bertahan dan terus bertahan melampaui zaman..
Komentar
Posting Komentar