Rabu, 25 Januari 2017

Semalam Bersama Bus Malino Putra


Lagi-lagi sudah Jumat, 20 Januari 2017. Sebentar sore saatnya kembali lagi ke home base di Purwokerto. Dengan bus tentu saja, tetapi bukan bus yang biasanya berangkat dari Kemayoran itu. Setelah mencari info di internet, saya menemukan situs www.malinoputra.co.id. Sepertinya layak dicoba sehingga sebentara malam saya ingin mencoba menu baru bersama bus Malino Putra.

Selepas shalat Jumat, saya mencoba menghubungi agen bus Malino Putra yang berada terminal Pulo Gebang.  Saya ingin memastikan keberadaan dan jam keberangkatan bus dari terminal Pulo Gebang. Kalo berangkatnya agak malam, berarti saya bisa menggunakan bus tersebut. Jika bus berangkat gasik, sebelum jam setengah tujuh, saya tidak akan menggunakan bus tersebut karena kemungkinan besar tidak akan terjangkau oleh saya yang baru pulang nguli jam 5 sore. Belum lagi dari tempat kerja ke Pulo Gebang jaraknya lumayan jauh. Nggak asyik kan, sudah jauh-jauh ke Pulo Gebang ternyata busnya sudah berangkat. Ketika telpon diangkat, terdengar suara wanita yang menjawab panggilan saya - namanya ibu Maria. Menurut informasinya, bus Malino Putra berangkat sekitar jam 7 malam dari Pulo Gebang. Karena masih ada kursi kosong, saya disarankan untuk langsung memesan. Dan sepertinya saya tidak bisa menolak tawaran ini... he he he.. Kesan pertama sungguh beda dengan bus yang berangkat dari Kemayoran itu. Meski sudah langganan setiap Minggu, ketika saya menanyakan nomor telepon untuk melakukan pemesanan dijawab tidak bisa pesan lewat telepon. Bahkan ketika saya mencoba memesan tiket via call center, oleh operator saya disarankan langsung datang saja ke Kemayoran. Halah...


Pukul 5 sore lewat dikit, setelah absen pulang saya langsung meluncur ke tempat ojek biasa mangkal. Dari sini perjalanan dimulai dengan menuju Stasiun Juanda. Tidak sampai sepuluh menit stasiun Juanda sudah terlihat di depan mata karena memang tidak terlalu jauh dari Lapangan Banteng. Sore ini stasiun Juanda terlihat lebih ramai dibandingkan beberapa minggu yang lalu. Dari sini saya akan menggunakan commuter line arah Bekasi dan turun di Stasiun Cakung. Setelah beberapa kereta jurusan Bogor dan kereta jarak jauh melintas, akhirnya commuter line yang saya tunggu datang . Kereta nampak sudah penuh, apalagi ditambah yang akan naik. Jumlah rangkaian yang datang pun hanya delapan kereta. Pastinya bakal ngeri-ngeri sedap nih di dalam kereta...

Dan benar saja... Di dalam kereta jadi penuh sesak. Bergerak susah dan saling berhimpitan. Bagaimana lagi, inilah sarana tercepat menuju terminal Pulo Gebang. Mau pake angkutan lain saya belum pernah mencobanya dan pastinya akan terkena macetPerjalanan kereta dari stasiun Juanda cukup lancar, namun kemudian agak tersendat di Stasiun Cikini. Agak lama juga kereta berhenti di sini. Untungnya di Stasiun Manggarai kereta tidak tertahan lama sehingga bisa sampai di Stasiun Cakung pukul enam sore. Dari sini saya mesti nyambung lagi naik ojek menuju terminal Pulo Gebang. Dari stasiun Cakung ke terminal Pulo Gebang jaraknya sudah tidak terlalu jauh.

Sampai di pintu masuk saya langsung ditanya oleh beberapa orang akan pergi ke mana. Sepertinya mereka marketing dari perusahaan bus. Ya saya jawab saja mau ke Purwokerto. Karena tujuan saya berbeda dengan yang ditawarkan, mereka tidak bertanya-tanya lagi. Kemudian saya menghubungi kembali agen bus Malino Putra dan menanyakan letak agen ada di sebelah mana. Ternyata posisi agen berada di lantai 2.  Dari pada muter-muter tidak jelas, sesampainya di lantai 2 saya langsung bertanya kepada petugas terminal bersafari. Eh, sama petugasnya malah diantar sampai di depan agen bus Malino Putra. Terima kasih, pak!  

Agen bus Malino Putra ternyata sederhana banget,  hanya menggunakan sebuah meja kayu yang dilengkapi banner nama dan gambar bus Malino Putra. Ada seorang wanita yang menunggu di situ yang ternyata pengurus bus Malino Putra. Saya segera mendekat dan mengkonfirmasi pesanan tiket bus ke Purwokerto. Saya lihat tiketnya cukup bagus, seperti model tiket pesawat jaman dulu sebelum era e-tiket merajalela. Tapi tidak terlalu penting juga sih, yang lebih penting kan busnya, bukan tiketnya. Ya kan? Yang menarik, di tiket tercetak standar layanan: system audio/video, service makan, smoking area, kopi & teh, dispenser, LCD TV, toilet dan AC. Harga yang harus saya bayar 106k. Cukup murah sebenarnya. Tarif bis lain memang ada yang lebih murah.  Misal bus SJ yang harga tiketnya 90k tetapi tanpa servis makan, toilet, kopi & teh, dispenser dan smoking area juga tidak ada, meskipun saya bukan ahli hisap. Saya menanyakan kembali keberangkatan bus kepada ibu pengurus - yang ternyata bernama Maria - sama dengan yang menjawab telepon saya sebelumnya. Kata ibu Maria bus berangkat sekitar jam 7 malam. Masih ada waktu setengah jam dan cukup banyak waktu untuk menunaikan sholat Maghrib karena azan telah selesai berkumandang. Karena mushola ada di lantai 1, untuk sholat berarti saya harus turun kembali.

Setelah sholat saya segera menuju tempat pemberangkatan bus yang berada di lantai 3. Repot juga ya harus naik turun. Untungnya ada eskalator dan lift, jadi lumayan membantu. Kalo yang hobi olah raga bisa juga naik turun lewat tangga. Ha ha...
 
Sudah setengah jam menunggu, bus belum datang juga. Sabarrr... baru setengah jam. Tambah lagi lima belas menit, ternyata belum datang juga. Bus-bus yang mangkal sudah berangkat satu persatu, walaupun belum semuanya. Akhirnya lima menit kemudian bus yang ditunggu datang juga. Warna bus didominasi warna biru. Bodi bus sepertinya bukan model baru yang tinggi-tinggi itu. Buat saya, apapun modelnya, yang penting nyaman buat perjalanan jauh.

Tidak lama kemudian penumpang diminta naik ke dalam bus. Interior cukup bagus, dan yang paling penting tempat duduk kelihatannya nyaman. Saya berjalan menuju kursi sesuai nomor pada tiket eh ternyata sudah ada yang menempati. Karena penumpang tidak penuh, saya mencari tempat duduk lain.  Setelah duduk, terasa cukup nyaman buat saya. Namun sayang, ruang kaki sempit, lutut saya mentok. Padahal saya tidak terlalu tinggi. Dalam bis juga ada toiletnya, cukup berguna kalau lagi kebelet di tengah perjalanan. Posisi toilet bukan di belakang, tetapi di tengah sebelah kiri. Di belakang juga tersedia kabin khusus smoking area. AC cukup dingin sehingga lubang pengatur segera saya tutup. Sebenarnya saya penasaran dengan kopi, teh dan dispenser sebagaimana tertera di tiket. Tapi karena sudah keenakan duduk dan lelah menunggu membuat saya kehilangan selera untuk mencari itu..

Tidak lama kemudian bus beranjak dari terminal Pulo Gebang langsung masuk tol lingkar timur terus ke arah selatan lanjut ke tol Jakarta Cikampek. Bus lumayan nyaman, tetapi ada suara yang mengganggu.  Suspensinya bus berisik dengan bunyi kriyet-kriyetnya. Tapi dasar sudah ngantuk, saya anggap bunyi kriyet-kriyet sebagai pengantar tidur. Baru sebentar tertidur, saya terbangun karena bus memasuki rest area km 102 tol Cipali. Jam di hp menunjukkan pukul 22.10. Segera saya turun dan mencari tempat pelepasan beban alias toilet kemudian lanjut ke tempat wudhu dan mushola untuk menunaikan sholat Isya. Usai sholat, saya berjalan berkeliling dan ternyata memang penumpang bus Malino Putra mendapat servis makan prasmanan. Menunya nasi, telor bulat hitam, sayur asem banyak kuahnya dari pada sayurannya, kering kentang, krupuk dan teh manis hangat. Lumayanlah buat pengganjal perut di malam hari...

Pukul 22.40 bus melanjutkan perjalanan dan sayapun melanjutkan bobo cantik. Sampai akhirnya saya terbangun kembali ketika bus mulai terguncang-guncang. Pikiran saya segera melayang ke jalan rusak antara Prupuk - Bumiayu - Ajibarang. Dan ternyata memang benar, bus sudah sudah memasuki wilayah Prupuk. Mulai dari sini terus ke Bumiayu sampai Ajibarang menjadi malam-malam panjang tanpa bisa bobo cantik dengan tenang. Dan setelah merayapi jalanan rusak ini akhirnya sampai juga di mana saya harus mengakhiri kebersamaan dengan bus Malino Putra ini pada pukul setengah lima pagi...