Selasa, 28 April 2015

Iseng-Iseng ke Cianjur Naik Kereta Api...



Akhirnya kesampaian juga ke Cianjur naik kereta api...


Hari Sabtu yang lalu, 25 April 2015, iseng-iseng saya pergi ke Cianjur via Sukabumi naik kereta api. Nama kereta apinya Pangrango. Kereta api ini berangkat dari Stasiun Bogor Paledang yang letaknya hanya selemparan batu dari Stasiun Bogor. Ada dua kali pemberangkatan dari stasiun ini menuju Cianjur, pukul 07.55 dan 13.25. Untuk arah sebaliknya pemberangkatan dari Stasiun Cianjur pukul 08.15 dan 13.50. Waktu tempuh Bogor – Cianjur sekitar 4 jam. Dalam satu rangkaian kereta terdiri dari 1 gerbong kelas eksekutif, 1 gerbong kereta makan dan pembangkit dan 4 gerbong kereta kelas ekonomi. Saya memilih pemberangkatan dari Bogor yang berangkat pagi dan kembali dari Cianjur menggunakan kereta yang berangkat siang.  Kelas yang saya pilih adalah kelas ekonomi dengan harga tiket Rp30.000,-.

Meskipun perjalanan ke Cianjur hanya iseng-iseng, namun saya sudah membeli tiket seminggu sebelumnya. Takut kehabisan, soalnya ini hari libur akhir pekan. Dan benar saja. baru beberapa langkah menuju pintu keluar Stasiun Bogor, terdengar pengumuman dari petugas bahwa tiket kereta api Pangrango sudah habis terjual. Untunglah saya sudah memesan tiket jauh hari sebelumnya. Kalo tidak, bisa gagal perjalanannya..

Keluar dari Stasiun Bogor, jam di tangan menunjukkan pukul 7 lewat 10 menit. Berarti masih ada waktu buat menikmati sarapan. Maklum, tadi berangkatnya dari Jakarta belum sempat sarapan. Setelah melewati jembatan penyeberangan yang lumayan curam, saya mampir ke penjual soto Bogor. Rasanya cukup enak. Satu porsi harganya tiga belas ribu, sudah termasuk sepiring nasi dan segelas teh tawar hangat. Kenyang deh..

Kelar sarapan, perjalanan dilanjut ke Stasiun Bogor Paledang. Sampai di sana, ternyata sudah dipadati calon penumpang, meskipun kereta apinya belum nampak. Saya langsung antri menuju pintu masuk. Tidak lupa saya siapkan tiket dan kartu identitas saya (KTP). Oh, ya. Sekarang tiap penumpang kereta api wajib menunjukkan tiket dan kartu identitas sebelum masuk peron. Tanpa menunggu lama saya akhirnya bisa masuk peron stasiun. Ternyata Stasiun Bogor Paledang ini agak beda dengan stasiun kereta api pada umumnya yang pernah saya singgahi.  Peronnya tidak terlalu luas, jalurnya miring dan berbelok, dan hanya ada satu jalur rel kereta api!

Tidak berapa lama kereta api Pangrango yang saya tunggu datang. Setelah kereta berhenti, para penumpang satu per satu mulai masuk dan mencari tempat duduknya masing-masing sesuai yang tertera di tiket. Saya mendapat tempat duduk nomor 6C di gerbong ekonomi 1.

Ketika jam menunjukkan pukul 07.55, kereta api Pangrango diberangkatkan. Wow... tepat waktu! Sesuatu bingitz.. Beberapa kali naik kereta api ke arah Jawa Tengah sekarang memang cenderung lebih tepat waktu dan jauh lebih nyaman dibandingkan dulu. 














Pemandangan selama perjalanan menuju Sukabumi mulanya didominasi pemukiman penduduk di kanan kiri rel. Kemudian silih berganti dengan pemandangan sawah, bukit, gunung dan sungai. Meskipun kereta ini menggunakan lokomotif terbaru seri CC 206, namun jalannya tidak secepat kereta ke arah Jawa Tengah dan Timur. Selain jalannya melewati bukit-bukit yang menanjak, jalur ini juga masih menggunakan rel dan bantalan lama, sehingga kecepatan kereta dibatasi. Sekitar jam sepuluh, kereta api Pangrango sampai di Stasiun Sukabumi. Di sini cukup banyak penumpang yang turun sehingga tersisa beberapa saja termasuk saya yang akan melanjutkan ke stasiun berikutnya sampai dengan Cianjur.

Tidak berapa lama, kereta api Pangrango melanjutkan perjalanan kembali. Setelah Sukabumi, pemandangan perjalanan lebih didominasi sawah, bukit, lembah, gunung dan sungai. Tidak sampai satu jam, setelah melewati Stasiun Gandasoli dan Cireungas, kereta berjalan pelan karena akan memasuki terowongan Lampegan. Lama juga kereta berada dalam terowongan karena terowongan ini cukup panjang, kurang lebih sekitar 400-an meter. Dulu sebelum runtuh malah lebih panjang, sekitar 600-an meter. Keluar terowongan, ada Stasiun Lampegan di ujungnya. Nah, buat yang ingin menjelajah ke Situs Megalitikum Gunung Padang bisa turun di stasiun ini.

Tidak sampai satu jam, akhirnya kereta api Pangrango merapat di Stasiun Cianjur pada pukul 11.43. Stasiun tampak lengang. Penumpang yang turun hanya tinggal beberapa orang saja. Cuaca di sekitar terlihat mendung disertai hujan gerimis. Memang, tidak banyak terlihat aktivitas di sini, apalagi hanya ada dua kali pemberangkatan dan kedatangan kereta di pagi dan siang hari.

Sambil menunggu pemberangkatan kereta api Pangrango kembali ke Sukabumi sampai Bogor pada pukul 13.50, meskipun gerimis, saya mencoba menjelajah keluar stasiun. Tujuan saya adalah alun-alun kota Cianjur sekalian untuk cari makan siang. Baru beberapa puluh meter melangkah keluar stasiun, tampak jalanan padat merayap dipadati berbagai kendaraan. Belum lagi deretan pedagang kaki lima yang menggelar lapaknya di trotoar. Ditambah becek karena hujan, jadi membuat tidak nyaman pejalan kaki seperti saya. Namun mau bagaimana lagi, inilah wajah umumnya negeri ini. Mau tak mau saya tetap harus melangkah ke tempat tujuan. 

Tidak berapa lama, saya sampai di alun-alun kota Cianjur. Meskipun hujan gerimis, tetap saja ada manusia yang lagi nongkrong di tempat ini. Di sebelah alun-alun terdapat Masjid Agung Cianjur. Saya kemudian menuju masjid ini karena azan sudah berkumandang. Masjid ini cukup besar dan megah. Ornamen kaligrafinya juga tampak indah. Setelah selesai sholat di sini, saya segera keluar mencari makan siang. 

Suasana yang semrawut, hujan gerimis yang terus turun dan waktu yang tidak cukup lama, mengurungkan niat saja untuk menjelajah kota ini. Setelah makan siang, saya langsung berjalan kembali ke Stasiun Cianjur. Stasiun masih terlihat sepi ketika saya melangkah masuk. Jangan-jangan saya adalah penumpang yang pertama datang. Sepertinya benar, hanya terlihat dua sejoli berseragam sekolah di peron stasiun. Saya tidak tahu apakah mereka penumpang kereta atau bukan. Di jalur 3, tampak kereta api Pangrango sudah siap membawa penumpang menuju Bogor. Dan saya berarti harus menunggu hampir satu jam di sini...

Senin, 20 April 2015

Kereta Ekonomi PSO, Banyak Kelebihannya sih... Tapi Adu Lututnya Itu lho...



Akhir-akhir ini saya cukup rutin menggunakan kereta api, terutama dalam kurun waktu 8 bulan terakhir. Karena tempat tugas berbeda dengan domisili, setidaknya 2 minggu sekali saya menggunakan kereta api dari Purwokerto ke Jakarta.  Kadang juga seminggu sekali kalo uang di dompet sedang ada lebihan. Atas nama efisiensi anggaran, tentu kereta api yang sering saya naiki adalah kereta ekonomi bersubsidi (PSO) karena harga tiketnya yang lebih terjangkau dibanding kereta yang lainnya.

Untuk tranportasi penumpang jarak jauh, saat ini kereta api menawarkan beberapa kelebihan. Bukannya memuji, tapi kenyataan bahwa kereta api bisa berubah menjadi jauh lebih baik  terjadi pada saat dipimpin Bapak Ignasius Jonan. Di tangan beliau-lah kereta api Indonesia yang semula sering merugi, sekarang malah bisa mendapatkan keuntungan.

Bukannya promosi, selain tarifnya yang terjangkau, inilah beberapa kelebihan yang saya rasakan setelah menggunakan kereta api ekonomi bersubsidi (PSO) sekarang...

Yang pertama adalah kecepatan. Di bandingkan 5 tahun yang lalu dan tahun tahun sebelumnya, jangan terlalu berharap untuk hal ini. Dulu, dengan kereta ekonomi, jarak Purwokerto – Jakarta bisa ditempuh dalam waktu sekitar 8 jam, bahkan lebih tanpa adanya kepastian. Sekarang jarak tersebut bisa ditempuh cukup dengan 5 jam setengah saja! Sedangkan apabila menggunakan bus, jarak Purwokerto – Jakarta paling cepat bisa ditempuh dalam waktu sepuluh jam. Jika akhir pekan ada tanggal merah, sudah pasti waktu tempuh menggunakan bus akan bertambah lama karena jalanan menjadi macet.

Kedua, kenyamanan. Di setiap gerbongnya,  kereta ekonomi sudah terpasang AC split, lumayan dingin, meskipun hawa panas masih terasa kalo siang hari . Tapi lumayanlah dari pada mandi keringat karena tidak ada AC sama sekali. Kemudian, di dalam gerbong maupun toiletnya sudah jauh  lebih bersih  karena ada petugas yang rutin melakukan bersih-bersih selama perjalanan.  Pada masing-masing ujung gerbong juga disediakan tempat sampah. Namun ya tetap saja masih ada penumpang yang buang sampah seenaknya sendiri. Menurut saya, kelakuan seperti ini yang juga harus dibersihin...

Ketiga,  sudah tidak lagi pedagang asongan di stasiun maupun dalam kereta. Akibatnya, di saat kelaparan dan kehausan, pilihan beragam makanan seperti nasi pecel, rujak, pisang dan kacang rebus, gorengan, tahu dan lontong, mie instan, macam-macam minuman panas dan dingin, jamu godogan dan lain-lain sudah tidak bisa dinikmati lagi di dalam kereta api. Kalo mau repot, ya harus bawa bekal dari rumah. Kalo tidak, menu yang tersedia di restorasi hanya nasi goreng,  nasi rames, mie instan, minuman hangat kopi dan teh, serta air minum dalam kemasan.

Keempat, tidak ada lagi penumpang berdiri dan pesan tiket tidak harus datang ke stasiun. Sekarang pesan tiket kereta bisa via internet, alias online menggunakan komputer, laptop, tablet atau smartphone. Bayarnya bisa pake internet banking atau transfer via atm. Yang tidak terbiasa internetan bisa juga pesan tiket di Indomaret atau Alfamart. Atau bisa juga pesen melalui agen perjalanan terdekat.

Kelima, makin tepat waktu. Beda dengan dulu, kereta api ngaret berjam-jam itu sudah biasa. Sekarang, menurut pengalaman saya, perjalanan Purwokerto – Jakarta pp paling lama terlambatnya setengah jam. Yang sempat bikin saya heran dan salut, beberapa kali keberangkatan dan kedatangan kereta api yang saya naiki tepat waktu, meskipun itu kereta ekonomi! Wah, kok ternyata bisa ya?

Namun sayang, masih ada yang belum berubah dari dulu sampai sekarang. Tempat duduk kereta ekonomi PSO masih saling berhadap-hadapan dengan formasi 2-2 dan 3-3 dengan jarak antar tempat duduk cukup sempit. Akibat jarak yang sempit itu, bagi penumpang dewasa, bisa dipastikan lututnya akan saling beradu bila duduk berhadapan. Bila di depan kita seorang perempuan kan jadi terasa gimana gitu... Mudah-mudahan kesempitan tempat duduk ini mendapat perhatian dari pengelola kereta api...