Kereta Ekonomi PSO, Banyak Kelebihan, Tapi Adu Lututnya Itu lho...
Akhir-akhir ini saya cukup rutin menggunakan kereta api,
terutama dalam kurun waktu 8 bulan terakhir. Karena tempat tugas berbeda dengan
domisili, setidaknya 2 minggu sekali saya menggunakan kereta api dari
Purwokerto ke Jakarta. Kadang juga
seminggu sekali kalo uang di dompet sedang ada lebihan. Atas nama efisiensi
anggaran, tentu kereta api yang sering saya naiki adalah kereta ekonomi
bersubsidi (PSO) karena harga tiketnya yang lebih terjangkau dibanding kereta
yang lainnya.
Untuk tranportasi penumpang jarak jauh, saat ini kereta api menawarkan
beberapa kelebihan. Bukannya memuji, tapi kenyataan bahwa kereta api bisa
berubah menjadi jauh lebih baik terjadi
pada saat dipimpin Bapak Ignasius Jonan. Di tangan beliau-lah kereta api
Indonesia yang semula sering merugi, sekarang malah bisa mendapatkan
keuntungan.
Bukannya promosi, selain tarifnya yang terjangkau, inilah
beberapa kelebihan yang saya rasakan setelah menggunakan kereta api ekonomi
bersubsidi (PSO) sekarang...
Yang pertama adalah kecepatan. Di bandingkan 5 tahun yang
lalu dan tahun tahun sebelumnya, jangan terlalu berharap untuk hal ini. Dulu, dengan
kereta ekonomi, jarak Purwokerto – Jakarta bisa ditempuh dalam waktu sekitar 8
jam, bahkan lebih tanpa adanya kepastian. Sekarang jarak tersebut bisa ditempuh
cukup dengan 5 jam setengah saja! Sedangkan apabila menggunakan bus, jarak Purwokerto
– Jakarta paling cepat bisa ditempuh dalam waktu sepuluh jam. Jika akhir pekan
ada tanggal merah, sudah pasti waktu tempuh menggunakan bus akan bertambah lama
karena jalanan menjadi macet.
Kedua, kenyamanan. Di setiap gerbongnya, kereta ekonomi sudah terpasang AC split,
lumayan dingin, meskipun hawa panas masih terasa kalo siang hari . Tapi lumayanlah
dari pada mandi keringat karena tidak ada AC sama sekali. Kemudian, di dalam gerbong
maupun toiletnya sudah jauh lebih bersih
karena ada petugas yang rutin melakukan bersih-bersih
selama perjalanan. Pada masing-masing
ujung gerbong juga disediakan tempat sampah. Namun ya tetap saja masih ada penumpang
yang buang sampah seenaknya sendiri. Menurut saya, kelakuan seperti ini yang juga
harus dibersihin...
Ketiga, sudah tidak
lagi pedagang asongan di stasiun maupun dalam kereta. Akibatnya, di saat kelaparan
dan kehausan, pilihan beragam makanan seperti nasi pecel, rujak, pisang dan
kacang rebus, gorengan, tahu dan lontong, mie instan, macam-macam minuman panas
dan dingin, jamu godogan dan lain-lain sudah tidak bisa dinikmati lagi di dalam
kereta api. Kalo mau repot, ya harus bawa bekal dari rumah. Kalo tidak, menu yang
tersedia di restorasi hanya nasi goreng, nasi rames, mie instan, minuman hangat kopi dan
teh, serta air minum dalam kemasan.
Keempat, tidak ada lagi penumpang berdiri dan pesan tiket
tidak harus datang ke stasiun. Sekarang pesan tiket kereta bisa via internet, alias
online menggunakan komputer, laptop, tablet atau smartphone. Bayarnya bisa pake
internet banking atau transfer via atm. Yang tidak terbiasa internetan bisa juga
pesan tiket di Indomaret atau Alfamart. Atau bisa juga pesen melalui agen
perjalanan terdekat.
Kelima, makin tepat waktu. Beda dengan dulu, kereta api
ngaret berjam-jam itu sudah biasa. Sekarang, menurut pengalaman saya,
perjalanan Purwokerto – Jakarta pp paling lama terlambatnya setengah jam. Yang sempat
bikin saya heran dan salut, beberapa kali keberangkatan dan kedatangan kereta
api yang saya naiki tepat waktu, meskipun itu kereta ekonomi! Wah, kok ternyata
bisa ya?
Namun sayang, masih ada yang belum berubah dari dulu sampai
sekarang. Tempat duduk kereta ekonomi PSO masih saling berhadap-hadapan dengan
formasi 2-2 dan 3-3 dengan jarak antar tempat duduk cukup sempit. Akibat jarak
yang sempit itu, bagi penumpang dewasa, bisa dipastikan lututnya akan saling
beradu bila duduk berhadapan. Bila di depan kita seorang perempuan kan jadi terasa
gimana gitu... Mudah-mudahan kesempitan tempat duduk ini mendapat perhatian
dari pengelola kereta api...
Komentar
Posting Komentar