Senin, 20 April 2015

Kereta Ekonomi PSO, Banyak Kelebihannya sih... Tapi Adu Lututnya Itu lho...



Akhir-akhir ini saya cukup rutin menggunakan kereta api, terutama dalam kurun waktu 8 bulan terakhir. Karena tempat tugas berbeda dengan domisili, setidaknya 2 minggu sekali saya menggunakan kereta api dari Purwokerto ke Jakarta.  Kadang juga seminggu sekali kalo uang di dompet sedang ada lebihan. Atas nama efisiensi anggaran, tentu kereta api yang sering saya naiki adalah kereta ekonomi bersubsidi (PSO) karena harga tiketnya yang lebih terjangkau dibanding kereta yang lainnya.

Untuk tranportasi penumpang jarak jauh, saat ini kereta api menawarkan beberapa kelebihan. Bukannya memuji, tapi kenyataan bahwa kereta api bisa berubah menjadi jauh lebih baik  terjadi pada saat dipimpin Bapak Ignasius Jonan. Di tangan beliau-lah kereta api Indonesia yang semula sering merugi, sekarang malah bisa mendapatkan keuntungan.

Bukannya promosi, selain tarifnya yang terjangkau, inilah beberapa kelebihan yang saya rasakan setelah menggunakan kereta api ekonomi bersubsidi (PSO) sekarang...

Yang pertama adalah kecepatan. Di bandingkan 5 tahun yang lalu dan tahun tahun sebelumnya, jangan terlalu berharap untuk hal ini. Dulu, dengan kereta ekonomi, jarak Purwokerto – Jakarta bisa ditempuh dalam waktu sekitar 8 jam, bahkan lebih tanpa adanya kepastian. Sekarang jarak tersebut bisa ditempuh cukup dengan 5 jam setengah saja! Sedangkan apabila menggunakan bus, jarak Purwokerto – Jakarta paling cepat bisa ditempuh dalam waktu sepuluh jam. Jika akhir pekan ada tanggal merah, sudah pasti waktu tempuh menggunakan bus akan bertambah lama karena jalanan menjadi macet.

Kedua, kenyamanan. Di setiap gerbongnya,  kereta ekonomi sudah terpasang AC split, lumayan dingin, meskipun hawa panas masih terasa kalo siang hari . Tapi lumayanlah dari pada mandi keringat karena tidak ada AC sama sekali. Kemudian, di dalam gerbong maupun toiletnya sudah jauh  lebih bersih  karena ada petugas yang rutin melakukan bersih-bersih selama perjalanan.  Pada masing-masing ujung gerbong juga disediakan tempat sampah. Namun ya tetap saja masih ada penumpang yang buang sampah seenaknya sendiri. Menurut saya, kelakuan seperti ini yang juga harus dibersihin...

Ketiga,  sudah tidak lagi pedagang asongan di stasiun maupun dalam kereta. Akibatnya, di saat kelaparan dan kehausan, pilihan beragam makanan seperti nasi pecel, rujak, pisang dan kacang rebus, gorengan, tahu dan lontong, mie instan, macam-macam minuman panas dan dingin, jamu godogan dan lain-lain sudah tidak bisa dinikmati lagi di dalam kereta api. Kalo mau repot, ya harus bawa bekal dari rumah. Kalo tidak, menu yang tersedia di restorasi hanya nasi goreng,  nasi rames, mie instan, minuman hangat kopi dan teh, serta air minum dalam kemasan.

Keempat, tidak ada lagi penumpang berdiri dan pesan tiket tidak harus datang ke stasiun. Sekarang pesan tiket kereta bisa via internet, alias online menggunakan komputer, laptop, tablet atau smartphone. Bayarnya bisa pake internet banking atau transfer via atm. Yang tidak terbiasa internetan bisa juga pesan tiket di Indomaret atau Alfamart. Atau bisa juga pesen melalui agen perjalanan terdekat.

Kelima, makin tepat waktu. Beda dengan dulu, kereta api ngaret berjam-jam itu sudah biasa. Sekarang, menurut pengalaman saya, perjalanan Purwokerto – Jakarta pp paling lama terlambatnya setengah jam. Yang sempat bikin saya heran dan salut, beberapa kali keberangkatan dan kedatangan kereta api yang saya naiki tepat waktu, meskipun itu kereta ekonomi! Wah, kok ternyata bisa ya?

Namun sayang, masih ada yang belum berubah dari dulu sampai sekarang. Tempat duduk kereta ekonomi PSO masih saling berhadap-hadapan dengan formasi 2-2 dan 3-3 dengan jarak antar tempat duduk cukup sempit. Akibat jarak yang sempit itu, bagi penumpang dewasa, bisa dipastikan lututnya akan saling beradu bila duduk berhadapan. Bila di depan kita seorang perempuan kan jadi terasa gimana gitu... Mudah-mudahan kesempitan tempat duduk ini mendapat perhatian dari pengelola kereta api...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar