Senin, 09 November 2015

Balada Mandi di Rumah Kos



Mandi. Kegiatan yang biasa kita lakukan di pagi dan sore hari.  Kadang-kadang ada juga yang melakukannya di siang hari. Dengan alasan tertentu, ada juga yang melakukannya di pagi buta.

Mandi bisa membersihkan badan kita dari kotoran. Bisa juga untuk mendinginkan badan dari rasa gerah. Bisa juga agar pikiran menjadi segar.  Agar kotoran hilang dari badan, selain air bersih, kita juga membutuhkan sabun atau sejenisnya. Untuk rambut kita membutuhkan shampo.  Dan mandi kita lakukan di ruangan khusus yang disebut kamar mandi.

Dulu, sewaktu saya masih anak-anak seumuran sekolah dasar, mandi tidak harus dilakukan di kamar mandi. Mandi bisa dilakukan di sungai. Mandi bisa juga dilakukan di pancuran yang airnya berasal dari dalam tebing batu padas. Sekarang sudah tidak lagi. Air sungai yang dulunya jernih sekarang sudah kotor dan banyak sampah berenang di dalamnya. Mata air pancuran pun sudah tidak mengeluarkan airnya lagi.

Tapi ada saja orang yang luar biasa dalam hal mandi. Di ibu kota ini, saya pernah beberapa kali melihat orang mandi di sungai kecil (saluran air?) yang airnya coklat kehitaman dan berbau. Pernah juga di tayangan televisi ada yang mandi di sungai sementara airnya dipenuhi dengan sampah.

Di kost saya yang khusus pria dan kamar mandinya digunakan bersama-sama, ada juga pria luar biasa dalam hal mandi. Umumnya penghuni kos mandi dalam waktu maksimal lima belas menit. Sedangkan pria ini mandi selama hampir satu jam...Wow... Dijamin apes kalo lagi kebelet dan kamar mandinya lagi digunakan sama dia... Terpaksa deh harus turun ke kamar mandi lainnya di lantai satu..

Minggu, 08 November 2015

Catatan Kecil Perjalanan Sebelum dan Sesudah Tol Cipali Beroperasi



Kabar gembira datang buat saya khususnya ketika secara resmi Tol Cikopo – Palimanan (Cipali) dibuka untuk umum. Mengapa? Tentu karena berharap waktu tempuh yang lebih cepat untuk sampai di Purwokerto (Jawa Tengah) dari Jakarta. Ya, hampir tiap jumat malam saya mudik dari Kemayoran menggunakan bus DAMRI.

Berangkat dari Stasiun DAMRI Kemayoran, bus biasanya mengambil jalan ke timur terus belok kiri ke arah Ancol. Dari sini bus kemudian masuk tol Cawang dan mulai merayap perlahan karena banyaknya kendaraan di jalan tol ini. Selepas tol Cawang, bus belok kiri masuk ke jalan tol Cikampek. Di sini perjalanan juga lebih sering dalam kondisi padat merayap. Hanya sesekali saja situasinya ramai lancar. Selain lewat Ancol, kadang-kadang ada sopir yang lewat Cempaka Putih terus masuk tol Cawang. Kalau rute ini yang dilalui biasanya lebih cepat dikit karena rute Ancol cenderung memutar.

Sebelum Tol Cipali dibuka, setelah keluar dari tol Cikampek, bus DAMRI yang saya tumpangi biasanya akan mengambil jalur Pantura. Setelah berjalan beberapa lama bus akan sampai di sebuah rumah makan di daerah Patrol – Indramayu. Di sini biasanya bus akan berhenti untuk beristirahat. Setelah itu bus akan menyusuri Pantura kembali dan kemudian masuk tol Palimanan – Kanci dilanjutkan tol Kanci - Pejagan. Keluar tol Pejagan bus akan berbelok ke kanan menuju Ketanggungan. Di sini biasanya perjalanan akan tersendat karena sering ada perbaikan jalan. Lepas dari Ketanggunan bus akan melewati Prupuk, Bumiayu, Ajibarang sampai akhirnya tiba di Purwokerto. Lama perjalanan rata-rata sekitar 10 jam.

Nah, setelah tol Cipali dibuka, setelah keluar tol Cikampek, bus yang saya tumpangi langsung masuk tol Cipali. Setelah beberapa menempuh perjalanan dan sampai di Palimanan, bus akan keluar tol kemudian mengambil jalur pantura sampai Cirebon Timur. Di sini ada rumah makan Ajo Tonjong.  Di sini bus berhenti sebentar untuk beristirahat. Setelah cukup beristirahat bus akan menyusur Pantura kembali, kemudian belok ke kanan dan kemudian masuk tol Kanci - Pejagan. Keluar tol Pejagan bus akan berbelok ke kanan menuju Ketanggungan, Prupuk, Bumiayu, Ajibarang sampai akhirnya tiba ke tujuan saya di Purwokerto. Setelah adanya tol Cipali, beberapa kali perjalanan bisa lebih cepat 1 jam dari biasanya. Namun sayangnya ini menjadi tidak berarti karena adanya perbaikan jalan dan jembatan di daerah Paguyangan – Bumiayu...

Kapan ya kira-kira akan dibangun jalan alternatif (tol) dari Pejagan -  Bumiayu – Purwokerto – Kutoarjo – Jogjakarta? Soalnya jalur ini kondisinya hampir selalu memprihatinkan dari jaman dahulu...

Selasa, 28 April 2015

Iseng-Iseng ke Cianjur Naik Kereta Api...



Akhirnya kesampaian juga ke Cianjur naik kereta api...


Hari Sabtu yang lalu, 25 April 2015, iseng-iseng saya pergi ke Cianjur via Sukabumi naik kereta api. Nama kereta apinya Pangrango. Kereta api ini berangkat dari Stasiun Bogor Paledang yang letaknya hanya selemparan batu dari Stasiun Bogor. Ada dua kali pemberangkatan dari stasiun ini menuju Cianjur, pukul 07.55 dan 13.25. Untuk arah sebaliknya pemberangkatan dari Stasiun Cianjur pukul 08.15 dan 13.50. Waktu tempuh Bogor – Cianjur sekitar 4 jam. Dalam satu rangkaian kereta terdiri dari 1 gerbong kelas eksekutif, 1 gerbong kereta makan dan pembangkit dan 4 gerbong kereta kelas ekonomi. Saya memilih pemberangkatan dari Bogor yang berangkat pagi dan kembali dari Cianjur menggunakan kereta yang berangkat siang.  Kelas yang saya pilih adalah kelas ekonomi dengan harga tiket Rp30.000,-.

Meskipun perjalanan ke Cianjur hanya iseng-iseng, namun saya sudah membeli tiket seminggu sebelumnya. Takut kehabisan, soalnya ini hari libur akhir pekan. Dan benar saja. baru beberapa langkah menuju pintu keluar Stasiun Bogor, terdengar pengumuman dari petugas bahwa tiket kereta api Pangrango sudah habis terjual. Untunglah saya sudah memesan tiket jauh hari sebelumnya. Kalo tidak, bisa gagal perjalanannya..

Keluar dari Stasiun Bogor, jam di tangan menunjukkan pukul 7 lewat 10 menit. Berarti masih ada waktu buat menikmati sarapan. Maklum, tadi berangkatnya dari Jakarta belum sempat sarapan. Setelah melewati jembatan penyeberangan yang lumayan curam, saya mampir ke penjual soto Bogor. Rasanya cukup enak. Satu porsi harganya tiga belas ribu, sudah termasuk sepiring nasi dan segelas teh tawar hangat. Kenyang deh..

Kelar sarapan, perjalanan dilanjut ke Stasiun Bogor Paledang. Sampai di sana, ternyata sudah dipadati calon penumpang, meskipun kereta apinya belum nampak. Saya langsung antri menuju pintu masuk. Tidak lupa saya siapkan tiket dan kartu identitas saya (KTP). Oh, ya. Sekarang tiap penumpang kereta api wajib menunjukkan tiket dan kartu identitas sebelum masuk peron. Tanpa menunggu lama saya akhirnya bisa masuk peron stasiun. Ternyata Stasiun Bogor Paledang ini agak beda dengan stasiun kereta api pada umumnya yang pernah saya singgahi.  Peronnya tidak terlalu luas, jalurnya miring dan berbelok, dan hanya ada satu jalur rel kereta api!

Tidak berapa lama kereta api Pangrango yang saya tunggu datang. Setelah kereta berhenti, para penumpang satu per satu mulai masuk dan mencari tempat duduknya masing-masing sesuai yang tertera di tiket. Saya mendapat tempat duduk nomor 6C di gerbong ekonomi 1.

Ketika jam menunjukkan pukul 07.55, kereta api Pangrango diberangkatkan. Wow... tepat waktu! Sesuatu bingitz.. Beberapa kali naik kereta api ke arah Jawa Tengah sekarang memang cenderung lebih tepat waktu dan jauh lebih nyaman dibandingkan dulu. 














Pemandangan selama perjalanan menuju Sukabumi mulanya didominasi pemukiman penduduk di kanan kiri rel. Kemudian silih berganti dengan pemandangan sawah, bukit, gunung dan sungai. Meskipun kereta ini menggunakan lokomotif terbaru seri CC 206, namun jalannya tidak secepat kereta ke arah Jawa Tengah dan Timur. Selain jalannya melewati bukit-bukit yang menanjak, jalur ini juga masih menggunakan rel dan bantalan lama, sehingga kecepatan kereta dibatasi. Sekitar jam sepuluh, kereta api Pangrango sampai di Stasiun Sukabumi. Di sini cukup banyak penumpang yang turun sehingga tersisa beberapa saja termasuk saya yang akan melanjutkan ke stasiun berikutnya sampai dengan Cianjur.

Tidak berapa lama, kereta api Pangrango melanjutkan perjalanan kembali. Setelah Sukabumi, pemandangan perjalanan lebih didominasi sawah, bukit, lembah, gunung dan sungai. Tidak sampai satu jam, setelah melewati Stasiun Gandasoli dan Cireungas, kereta berjalan pelan karena akan memasuki terowongan Lampegan. Lama juga kereta berada dalam terowongan karena terowongan ini cukup panjang, kurang lebih sekitar 400-an meter. Dulu sebelum runtuh malah lebih panjang, sekitar 600-an meter. Keluar terowongan, ada Stasiun Lampegan di ujungnya. Nah, buat yang ingin menjelajah ke Situs Megalitikum Gunung Padang bisa turun di stasiun ini.

Tidak sampai satu jam, akhirnya kereta api Pangrango merapat di Stasiun Cianjur pada pukul 11.43. Stasiun tampak lengang. Penumpang yang turun hanya tinggal beberapa orang saja. Cuaca di sekitar terlihat mendung disertai hujan gerimis. Memang, tidak banyak terlihat aktivitas di sini, apalagi hanya ada dua kali pemberangkatan dan kedatangan kereta di pagi dan siang hari.

Sambil menunggu pemberangkatan kereta api Pangrango kembali ke Sukabumi sampai Bogor pada pukul 13.50, meskipun gerimis, saya mencoba menjelajah keluar stasiun. Tujuan saya adalah alun-alun kota Cianjur sekalian untuk cari makan siang. Baru beberapa puluh meter melangkah keluar stasiun, tampak jalanan padat merayap dipadati berbagai kendaraan. Belum lagi deretan pedagang kaki lima yang menggelar lapaknya di trotoar. Ditambah becek karena hujan, jadi membuat tidak nyaman pejalan kaki seperti saya. Namun mau bagaimana lagi, inilah wajah umumnya negeri ini. Mau tak mau saya tetap harus melangkah ke tempat tujuan. 

Tidak berapa lama, saya sampai di alun-alun kota Cianjur. Meskipun hujan gerimis, tetap saja ada manusia yang lagi nongkrong di tempat ini. Di sebelah alun-alun terdapat Masjid Agung Cianjur. Saya kemudian menuju masjid ini karena azan sudah berkumandang. Masjid ini cukup besar dan megah. Ornamen kaligrafinya juga tampak indah. Setelah selesai sholat di sini, saya segera keluar mencari makan siang. 

Suasana yang semrawut, hujan gerimis yang terus turun dan waktu yang tidak cukup lama, mengurungkan niat saja untuk menjelajah kota ini. Setelah makan siang, saya langsung berjalan kembali ke Stasiun Cianjur. Stasiun masih terlihat sepi ketika saya melangkah masuk. Jangan-jangan saya adalah penumpang yang pertama datang. Sepertinya benar, hanya terlihat dua sejoli berseragam sekolah di peron stasiun. Saya tidak tahu apakah mereka penumpang kereta atau bukan. Di jalur 3, tampak kereta api Pangrango sudah siap membawa penumpang menuju Bogor. Dan saya berarti harus menunggu hampir satu jam di sini...