Warung Tenda Pecel Lele Cak Pin, Nikmat dan Bahaya di Tengah Deru Laju Kereta
Pecel lele, merupakan salah satu hidangan yang menurut pendapat penulis telah menjadi favorit banyak orang. Terdiri dari ikan lele yang digoreng garing, ditemani sambal terasi, lalapan segar terdiri dari irisan ketimun, kol, daun kemangi, dan tentunya sepring nasi hangat. Ini adalah perpaduan sempurna untuk menggoyang lidah. Hidangan ini simpel dan cepat disajikan dengan harga yang terjangkau, cocok untuk orang seperti saya yang tidak bisa masak dan malas ribet. Apabila dompet mulai menipis, warung tenda pecel lele bisa menjadi salah satu solusi menikmati makan malam yang ramah di kantong. Karena selain lele, biasanya tersedia menu lain dengan harga lebih terjangkau yaitu tahu dan tempe.
Salah satu keunggulan warung tenda pecel lele terletak pada kesederhanaannya. Meja kursi minimalis yang biasanya menyatu dengan gerobak dagangan ditata rapi di bawah tenda. Di beberapa tempat, ada pula yang menyediakan tempat lesehan. Tanpa perlu tempat yang mewah, warung tenda ini tetap mampu menyajikan cita rasa yang berbeda. Pengunjung bisa merasakan suasana yang lain dari restoran pada umumnya. Di sini, interaksi antara penjual dan pembeli terasa lebih personal. Penjual yang ramah dan cekatan dalam melayani menambah kenyamanan saat menikmati hidangan.
Tidak hanya itu, pecel lele juga sering menjadi pilihan bagi mereka yang ingin menikmati makan malam bersama keluarga atau teman-teman. Suasana yang santai dan tidak formal membuat siapa saja merasa betah berlama-lama. Sambil menikmati hidangan, obrolan ringan pun mengalir dengan lancar, menambah keakraban di antara pengunjung.
Apalagi jika ada embel-embel Lamongan, hampir dapat dipastikan sambalnya cocok dengan selera lidah saya. Tingkat kepedasannya pun relatif dapat dikompromi oleh lambung saya. Tidak perlu pusing memilih level pedas karena hidup sudah cukup rumit dengan banyaknya pilihan dan alternatif. Juga pekerjaan yang semakin ke sini semakin ke sana….
Malam itu, saya mencoba pecel lele Cak Pin Lamongan yang terletak di ujung barat stasiun kereta api Wates. Ternyata, menyantap pecel lele di sini terasa lebih istimewa. Bagaimana tidak? Warung tenda Cak Pin berdekatan dengan perlintasan kereta api, menawarkan pengalaman kuliner yang berbeda. Di sini, kita bisa menikmati kuliner sambil mendengar dan melihat kereta api yang melintas. Sebelum kereta lewat, biasanya akan terdengar sirene yang meraung-raung memberi tanda.
Ada kalanya kereta melintas dengan kecepatan tinggi, menimbulkan getaran hebat serasa gempa. Ini biasanya kereta api dari kelas sultan yang tidak berhenti di stasiun Wates. Kereta ini berjalan langsung melintasi stasiun tanpa mengurangi kecepatan, sehingga orang yang berada di area stasiun pun mesti berhati-hati dengan kereta api jenis ini. Ada kalanya kereta api merayap perlahan karena baru memulai perjalanan dari stasiun Wates. Biasanya kereta yang kastanya lebih rendah, yang namanya berbau bahan bakar alias premium atau kelas paling bawah yaitu ekonomi. Kereta-kereta itu adalah kereta jarak jauh antar kota. Selain itu, ada pula kereta api bandara YIA yang melintas tempat ini. Saat kereta api mendekati warung pecel lele, deru mesin lokomotif akan terdengar semakin kuat karena berusaha keras menarik beban yang berat. Mungkin seperti hidup ini ya… Ha ha…
Meski begitu, cukup banyak orang yang menikmati makanan di warung tenda ini. Selain rasanya yang sesuai selera, mungkin pemandangan lalu lalang kereta api menjadi salah satu daya tarik di sini. Suara gemuruh kereta api yang melintas seakan menjadi musik latar yang mengiringi santapan. Tentu ini yang membuat pengalaman kuliner semakin berkesan. Paduan antara kelezatan lele digoreng garing, sambal, lalapan, dan suara khas kereta api menciptakan pengalaman kuliner yang tak terlupakan.
Namun, di balik kenikmatan itu, sebenarnya ada bahaya yang mengintai. Perlintasan kereta api adalah area yang rawan kecelakaan. Posisi jalan raya yang agak menanjak dan ramai bisa saja membuat pengemudi tiba-tiba merasa gugup. Saat gugup bisa saja terjadi pengemudi tidak dapat menguasai kendaraan sehingga mati mesin atau bahkan mundur. Belum lagi rel yang melintang di jalan sebanyak empat jalur. Membuat kendaraan yang lewat akan tertatih-tatih melintasinya.
Akhir-akhir ini, kecelakaan di perlintasan kereta api memang cukup sering terjadi. Menurut informasi yang penulis baca pada Detik.com, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mencatat ada 535 tragedi temper atau tabrakan di perlintasan kereta api dari periode Januari-Agustus 2024. Selain kecerobohan pengemudi mobil, hal lain yang mungkin bisa menjadi penyebab kecelakaan adalah karena kecepatan kereta api yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebagaimana berita dari Kompas.com, yang mana sejak tahun 2019, KAI telah berhasil mempersingkat durasi perjalanan beberapa kereta api berkat peningkatan infrastruktur dan efisiensi pola operasi. Sebanyak 140 perjalanan kereta api jarak jauh kecepatannya juga telah ditingkatkan menjadi 120 km per jam mulai 1 Juni 2023.
Beberapa waktu yang lalu, pada bulan September 2024, juga telah terjadi kecelakaan antara kereta api Taksaka yang mencium truk molen yang terhenti di perlintasan kereta di daerah Sedayu, arah timur dari stasiun Wates. Oleh karena itu, semestinya tempat seperti ini sebisa mungkin harus dihindari. Tapi begitulah manusia, kadang suka memilih kenikmatan sesaat dari pada memikirkan risikonya. Seperti penulis. Dan ternyata, selain pecel lele yang ini, masih ada pecel lele lainnya yang juga berada di dekat perlintasan kereta api. Jadi, apakah Anda akan tetap mencobanya?
Referensi:
Komentar
Posting Komentar