Pantai Tarimbang, Air Terjun Laputi, Keindahannya Sepadan dengan Perjuangan Mencapainya

Apakah kakak2 pernah mendengar Pantai Tarimbang? Atau Air Terjun Laputi?  

Kalo belum, silakan kakak2 bisa lanjut membaca tulisan ini. Tulisan singkat ini berasal dari sisa-sisa ingatan saya yang merupakan pengalaman perjalanan dua tahun yang lalu. Perjalanan bersama beberapa teman. Maaf sudah agak lama. Tapi saya yakin tidak basi, karena bukan makanan... ha ha… 

Pantai Tarimbang adalah salah satu pantai - dari sekian banyak pantai - yang terletak di selatan Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pantai ini masuk wilayah Kecamatan Tabundung, Kabupaten Sumba Timur. Jarak tempuh kurang lebih sekitar 90 km dari kota Waingapu, ibu kota kabupaten Sumba Timur. 

Nah, untuk air terjun Laputi lokasinya juga masih berada di wilayah Kecamatan Tabundung.  Posisinya berada di sebelah timur laut pantai Tarimbang. Jarak tempuh dari pantai Tarimbang mungkin sekitar 30 – 40 km. 

Pada bulan Agustus 2022 yang lalu, saya dan beberapa teman berkesempatan mengunjungi pantai Tarimbang dan air terjun Laputi. Waktu itu saya sedang bertugas di salah satu kantor pemerintah yang ada di Waingapu. Sebenarnya kunjungan kami ke sana bukan semata karena ingin berwisata. Atau juga berpetualang ke alam bebas. Namun ada kebutuhan pengambilan foto untuk artikel buletin kantor maupun memenuhi permintaan dari humas kantor pusat. Dan ini adalah tugas mas T. Ahlinya ahli di kantor kami untuk soal ceprat cepret kamera.

Memang tidak dapat dipungkiri, alam Sumba menurut saya sangat unik dan menarik. Yang tidak saya jumpai di beberapa daerah yang pernah saya kunjungi karena tugas. Salah duanya adalah dua tempat yang menjadi judul tulisan ini. Alasan kami lainnya yang membulatkan tekad kami ke sana adalah driver kantor kami adalah warga asli Tabundung. Yang kami yakin tentunya sudah mengenal lika liku daerah tersebut. 

Kami berangkat ke Tarimbang pada hari Sabtu pagi. Awalnya kami berencana berangkat pagi pagi sekali, namun karena  cukup banyak peralatan yang harus dipersiapkan, termasuk peralatan masak memasak dan bahannya, jadinya molor deh. Kok seperti mau kemping? Ya, menurut info kakak driver kami, sulit mencari penginapan di daerah tersebut. Opsinya menginap di tenda atau di homestay alias rumah warga setempat. Kami memang ada rencana menginap di sana. Namun, atas saran kakak driver, kami diminta menginap di rumahnya saja. Nah, agar tidak merepotkan tuan rumah kami membawa bahan makanan dan sekaligus peralatannya.  

Akhirnya kami meluncur juga sekitar pukul 10 pagi. Dan tidak lupa mampir ke warung nasi Padang untuk membeli bekal makan siang. Karena menurut info juga, sepanjang perjalanan akan sulit dijumpai warung nasi. 

Dari Waingapu, kami melintasi jalan nasional yang berujung di barat pulau Sumba. Jalan nasional artinya pembangunan maupun pemeliharaannya dibiayai oleh dana APBN. Jadi jalan ini ada berkat andil dari masyarakat yaitu dari pajak yang dibayarkan kepada negara. Dan kondisinya cukup mulus dan lebar. Namun banyak kelokan dan naik turun karena banyak melintasi perbukitan. Lalu lintas relatif sepi. Hanya beberapa kali kami berpapasan dengan kendaraan lain. Setelah hampir dua jam menempuh perjalanan, kami akhirnya tiba di simpang Praipaha. Apabila lurus maka akan menuju Kabupaten Sumba Tengah, kemudian Sumba Barat dan paling ujung Sumba Barat Daya. Sedangkan kami mengambil arah ke kiri. Kami sengaja tidak memacu kendaraan dengan cepat karena mobil yang kami kendarai sudah cukup tua. Selain itu kami juga ingin menikmati perjalanan dan alam Sumba yang luar biasa. 

Setelah melewati simpang Praipaha, jalan agak menyempit. Kualitas aspal juga tidak semulus jalan yang telah kami lalui. Bahkan di sana sini sudah banyak yang mulai mengelupas. Dan pastinya lalu lintas semakin sepi. Meski sepi tetap harus waspada dan hati-hati. Kadang-kadang ada hewan ternak seperti kambing, kuda atau sapi tiba-tiba melintas. Sebenarnya, menikmati alam dan perjalanan sungguh mengasyikan. Sayangnya langit kurang bersahabat di waktu itu. Tiba-tiba saja mendung mulai menggelayut dan gerimis pun mulai turun. Bahkan sesekali air hujan turun dengan derasnya seperti ditumpahkan dari langit. Di beberapa ruas jalan, terdapat genangan air. Kami harus berhati-hati melewatinya. Jangan sampai salah mengambil jalan dan masuk lubang.  

Hari mulai beranjak sore ketika kami sampai di simpang tiga Tarimbang – Tabundung. Langit masih mendung diiringi rintik hujan. Akhirnya kami mengubah tujuan awal ke pantai Tarimbang menjadi ke rumah kakak driver kami di Tabundung. Kami khawatir sampai terlalu malam di Tabundung apabila ke pantai Tarimbang terlebih dahulu. Maklum saja, cuaca sedang kurang bersahabat dengan perjalanan pada waktu itu.  


Karena kami belum makan siang, akhirnya kami berhenti setelah melintasi simpang tiga tadi. Meskipun sebenarnya masih gerimis, tapi mau bagaimana lagi. Perut sudah tidak mau kompromi. Jangan sampai aroma nasi padang hilang karena terlalu lama tersimpan di bungkusnya. Bahkan kami lihat volumenya sepertinya sudah bertambah besar. Mengembang. Ha ha.. 

Menjelang petang akhirnya kami tiba di rumah kakak driver. Kedatangan kami disambut hangat oleh mama dan saudari dari kakak driver kami. Setelah beramah tamah sebentar, kami segera menurunkan perlengkapan masing-masing. Bersih-bersih badan, menyiapkan makan malam seadanya dan menggelar alas tidur di ruang tamu. Listrik sudah ada namun tidak menyala sepanjang malam karena masih menggunakan pembangkit diesel. Hawa cukup dingin karena berada perbukitan. Air mandi hampir terasa seperti air es. Brrr.... Jarak antar rumah juga berjauhan sehingga suasana sangat sepi dan menambah dingin. Ga ada hubungannya kali... ha ha.. 


Pagi hari setelah sarapan ala kadarnya dan beberes perlengkapan kami meluncur menuju air terjun Laputi. Jalanan yang kami lewati sedang proses pelebaran sehingga masih berupa pengerasan batu dan pasir kasar. Mobil kami terseok seok melewatinya. Sampai akhirnya tiba di lahan kosong untuk parkir mobil. Lalu kami melanjutkan berjalan kaki menuju lokasi air terjun. Tandanya adalah bangunan pembangkit listrik mikro hidro. Atau PLTA mini. Mungkin kami berjalan kaki selama lima belas menit. Mungkin lebih. Soalnya saya lupa...   

Untuk menuju air terjun kami harus berjalan menyusuri dua pipa air berjejer untuk pembangkit listrik tadi. Kami harus berhati-hati karena bisa jatuh ke dasar sungai yang cukup dalam. Kami harus melewati ini karena jalan setapak yang biasa dilewati telah longsor dan tertutup pohon tumbang. Penuh perjuangan memang dan sedikit kenekatan.. Tapi memang sepadan sih... 

Setelah puas menikmati alam dan air terjun, mengambil beberapa foto, kami kembali ke rumah kakak driver. Untuk makan siang dan sekaligus pamit undur diri dan melanjutkan perjalanan ke pantai Tarimbang. Seperti biasa, jalanan naik turun khas perbukitan. Bahkan ada beberapa tanjakan dan turunan terlihat cukup ekstrim. Jadi pastikan kendaraan anda sehat apabila akan menuju ke sini ya.. 


Kami tiba di pantai Tarimbang ketika hari sudah beranjak sore. Bayangan kami di pantai sepertinya sudah melebihi tinggi badan kami. Berarti sudah jam tiga sore atau mungkin lebih. Pantai Tarimbang, hamparan pasir putihnya tampak begitu luas. Ombak yang mengalun pelan dengan kombinasi warna air laut yang biru menjadi perpaduan yang sangat cantik dan menawan. Konon bisa digunakan untuk surfing juga. Seperti yang pernah dilakukan oleh Hamish Daud pada acara salah satu televisi dan pernah tinggal di Sumba pada tautan ini. Pantai Tarimbang juga terlihat melengkung. Mungkin bisa dikatakan sebuah teluk. Pada sisi-sisinya diapit oleh dua buah tebing. Pantai ini juga terlihat asri karena dikelilingi perbukitan hijau. Begitu damai, begitu tenang. Ya.. Karena cuma kami pengunjungnya! 

Kami tidak berlama-lama di sini karena senja mulai menyapa. Keindahan sebentar lagi akan berubah menjadi kegelapan. Kami merelakan itu dan bergegas pulang. Kembali ke Waingapu. Perjalanan terasa seram karena melintasi malam. Beberapa tempat juga terlihat banyak pepohanan besar seperti hutan. Kami hanya bisa berdoa agar tiba selamat di tujuan. Hingga akhirnya kami tiba di tujuan pukul sepuluh malam. Alhamdulillah... 

Terakhir, bagi pembaca yang tertarik ke Sumba dapat menggunakan moda transportasi udara dan mendarat di Bandara Umbu Mehang Kunda yang berada di Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur. Atau bisa juga melalui bandara Lede Kalumbang di kota Tambolaka, kabupaten Sumba Barat Daya. Pilihan lainnya adalah menggunakan transportasi kapal yang akan merapat di pelabuhan Waingapu. Meskipun di bandara telah tersedia kendaraan sewa, namun untuk praktisnya disarankan menggunakan agen perjalanan. Bisa private trip ataupun open trip. Dan tentunya akan lebih seru karena banyak teman di perjalanan... 

Note: 

Gara2 ke tempat ini saya diomelin istri karena susah dihubungi via WA atau telepon. Memang sih.. Sinyal di sini kadang ada kadang hilang... tapi lebih sering hilangnya sih.. Ha ha..  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menepi, Ngopi, Membranding Instansi

Desain Rumahku Menggunakan Sweet Home 3D (1)

Menikmati Pasir Putih Pulau Dodola, Morotai, Maluku Utara