Rabu, 28 September 2016

Logo Baru, Harapan Baru, Saatnya Berubah!











Sambil menyelesaikan tulisan sederhana yang saya beri judul “Damri vs Kereta Api: Sebuah Catatan Perjalanan”, saya juga membuka situs web milik Damri, sambil berharap ada sesuatu yang baru di sana. Sesuatu yang dapat menambah bahan tulisan saya. Ketika halaman situs terbuka, terlihat pengumuman pemenang lomba desain logo baru Damri. Hadiah pemenang pertama lumayan juga, lima belas juta rupiah. Pemenang kedua sepuluh juta rupiah dan terakhir pemenang ketiga lima juta rupiah. Wah sayangnya saya tidak jago menggambar. Kalo jago hampir pasti saya ikut. Siapa tau lagi beruntung dapat memenangkan lomba. Lumayan kan bisa buat beli tiket bis pulang mudik tiap Jumat...

Bagaimana logo baru Damri? Lebih bagus dari sebelumnyakah? Lebih enak dilihatkah? Ini yang jadi tanda tanya. Pada halaman pengumunan pemenang lomba tidak ditampilkan logo sang pemenang. Jujur saya penasaran. Saya coba mengubek-ubek halaman demi halaman situs milik Damri. Hasilnya? Saya gagal menemukan logo baru Damri yang menjadi pemenang lomba.


Perubahan logo Damri tentu karena ada alasan tertentu. Bisa jadi alasan tersebut adalah sebagaimana terdapat dalam tulisan "Logo Baru, Harapan Baru?". Sebagaimana ditulis dalam artikel tersebut, Bagaimana ada delapan alasan mengapa perusahaan ingin mengubah logo yaitu:

Pertama, manajemen ingin menunjukkan adanya perubahan signifikan pada budaya organisasi, orientasi pemasaran, dan arah perusahaan ke depan.

Kedua, simbol yang digunakan sebagai logo menimbulkan kontroversi  atau menimbulkan kesan adanya hubungan yang merugikan dengan pihak/kelompok tertentu.

Ketiga, desain  logo lama terkesan “tua,” dan ketinggalan zaman.

Keempat, logo lama mengandung makna atau filosofi yang kedaluwarsa.

Kelima, adanya tuntutan hukum untuk mengganti logo, misalnya karena adanya proses merger atau akuisisi atau pergantian pemilik.

Keenam, terjadi penggabungan beberapa merek sekaligus yang membutuhkan satu logo yang solid, yang mewakili kekuatan masing-masing merek.

Ketujuh, perusahaan melakukan perubahan merek secara total.

Terakhir, kedelapan, logo lama terlalu kompleks sehingga menimbulkan kesulitan dalam aspek teknis produksinya.

Apa pun alasan Damri mengubah logonya, yang namanya “baru” tentu menyimpan sebuah harapan baru ke depan. Demikian juga saya, mempunyai harapan baru terhadap Damri. Wa bil khusus tentunya setelah ada perubahan logo. Apalagi saya adalah pengguna setia setiap Jumat malam. Eh,  nggak juga sih. Kadang-kadang saya masih selingkuh ke yang lain. Nggak salah kan, bila ingin variasi lain sekaligus studi banding. Emangnya anggota dhewan saja yang boleh studi banding?

Harapan saya kepada Damri sederhana saja, sesederhana tiket yang dibayarkan oleh pengguna jasanya. Satu kata saja : perubahan. Ya, perubahan yang kebetulan diawali oleh perubahan logo. Kemudian perubahan pada budaya organisasi, orientasi pemasaran, dan arah perusahaan ke depan. Harapan saya sebagai pengguna jasa, pelayanan Damri berubah menjadi lebih baik lagi. Berubah, berubah, berubah, kenapa sih harus berubah? Menurut saya karena:
Kesatu, perusahaan bus cukup banyak, persaingat ketat. Sejujurnya saya tidak tahu berapa jumlah perusahaan bus di Indonesia. Dari nama-nama bus yang sering bersliweran di depan mata saya, setidaknya ada puluhan. Kalau dari situs http://ayonaikbis.com/perusahaan-otobus-terbaik-di-indonesia/1846, ada lebih dari seratus perusahaan. Tidak sedikit dari mereka yang begitu inovatif dalam layanan. Penggunaan bus dengan teknologi dan karoseri terbaru (SHD, SDD, Dll) sudah digunakan dalam peremajaan armadanya. Bahkan bus dengan tempat tidur pun sudah diluncurkan beberapa waktu yang lalu. Untuk bus bandara pun, Damri kini tidak sendiri. Sudah ada perusahaan lain yang ikut bermain di sini. Damri, sepertinya masih nyaman dengan kondisi saat ini. Mungkin karena masih banyaknya pelanggan setia, sehingga merasa yakin akan terus bertahan. Hmm, ga salah juga sih. Tapi, coba tengok sejenak Nokia, Blackberry, Merpati, Mandala... atau setidaknya tidak perlu menunggu sampai datangnya kerugian besar seperti PT KAI dan PT Pelni baru kemudian bertransformasi...
Kedua, Damri adalah perusahaan milik negara. Bisa dikatakan secara tidak langsung berarti dimiliki oleh masyarakat yang notabene sebagai pengguna jasa Damri juga. Pengguna jasa adalah sumber kehidupan perusahaan. Sebagai ungkapan syukur atas kehidupan yang telah diberikan para pengguna jasa, sudah sepantasnyalah apabila pengguna jasa yang sekaligus “pemilik” perusahaan diberikan layanan terbaik.

Perubahan logo tentu membutuhkan investasi yang besar baik berupa dana, waktu, pikiran dan energi. Jangan sampai perubahan tersebut menjadi terbuang percuma karena perubahan yang dikehendaki – bukan sekedar logo – gagal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar